Jakarta - Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Letaknya di bagian barat Pulau Sumbawa. Dengan luas wilayah kilometer persegi ini, Sumbawa terdiri 24 kecamatan, delapan kelurahan, dan 157 desa. Menurut sejarah, keberadaan Kabupaten Sumbawa atau Tana Samawa ini mulai dikenal sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning 1350-1389. Saat itu, corak kerajaan masih bersifat hinduistis. Lalu, corak Hindu tersebut berakhir sejak masa kepemimpinan Raja Dewa Majaruwa yang memeluk Islam setelah kerajaan menjalin hubungan dengan kerajaan Islam Demak. Naik Jet Pribadi, Nikita Willy dan Indra Priawan Ajak Sahabat Liburan di Sumbawa Arti Kebaya Merah Maudy Ayunda yang Dipakai di Hari Kelulusan S2 dari Stanford University Kasus Antrean Panjang demi BTS Meal Berujung Penyegelan Gerai di Berbagai Kota Kabupaten Sumbawa memiliki situs peninggalan sejarah dari zaman Megalitikum, yakni Situs Air Renung. Lokasinya berada di Kecamatan Moyo Hulu. Pada Situs Aik Renung terdapat beberapa peninggalan kuburan batu atau biasa disebut sarkofagus. Pada dinding sarkofagus itu terdapat beberapa ukiran wajah dan tubuh manusia. Tidak hanya satu, tetapi dua batu sarkofagus di sana. Pada batu kedua ukiran Sarkofagusnya lebih beragam. Selain ukiran manusia juga ada ukiran buaya. Namun, ukiran tersebut kian tergerus oleh cuaca. Selain itu, Kabupetan Sumbawa juga masih memiliki hal menarik lainnya. Berikut enam fakta menarik tentang Sumbawa yang telah dirangkum dari berbagai sumber. 1. Pemukiman Terpadat di Dunia Desa Pulau Bungin merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pulau Bungin ini hanya seluas 8,5 hektare, relatif kecil untuk ukuran desa. Tetapi, jumlah penduduknya banyak sehingga Desa Pulau Bungin dijuluki sebagai pemukiman terpadat di dunia. Dapat dilihat bahwa di daerah itu hampir tidak ada lahan kosong, tidak memiliki garis pantai, dan tidak ada lahan hijau. Dulunya, di pulau ini hanya terdapat gundukan pasir putih. Namun saat ini, penduduk Pulau Bungin saling hidup berdesakan dengan rumah-rumah yang berjejer secara berhimpitan. Uniknya, rumah yang berdiri di desa ini tidak menggunakan batu atau tanah sebagai pondasinya, melainkan menggunakan terumbu karang yang sudah mati. Jadi, warga tak perlu membeli tanah karena mereka harus mengeruk tanahnya sendiri. Saat berkunjung ke sini, jangan lupa mencicipi kuliner seafood-nya yang gurih dan asin. 2. Istana Tua Peninggalan Kesultanan Sumbawa Istana Dalam Loka merupakan saksi bisu yang memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada masanya. Pembangunan bangunan tua itu diprakarsai oleh Sultan Muhammad Jalaludin Syah III yang menjadi sultan ke-16 dari Dinasti Dewa Dalam Bawa pada 1885. Istana Dalam Loka terlihat sangat megah dengan bentuk rumah panggung dan memiliki luas bangunan 904 meter. Istana ini dibangun dengan menggunakan kayu yang memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”. Filosofi tersebut bermakna bahwa semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus didasarkan pada syariat Islam. Lambang Islam juga dapat dilihat dari kayu penyangga yang berjumlah 99 dengan arti Asmaul Husna. Bangunan istana dibangun dengan sistem baji, apabila terjadi gempa bumi bangunan ini memiliki tingkat kelenturan yang tinggi. Saksikan Video Pilihan Berikut IniSaat pandemi Covid-19 ini banyak sekolahan yang masih menggunakan sistem belajar online dirumah menggunakan Internet. Tetapi ada yang unik di Sekolah ini karena belajar online menggunakan alat bantu Handie Talkie HT.
Kehidupansosial ekonomi masyarakatnya begitu baik dan maju. Adapun peninggalan yang merupakan bukti nyata akan keberadaan kerajaan Pekat di Pulau Sumbawa yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya yakni; 1) tare/Nampan, 2) peti emas, 3) tempat rempah dan penumbuk sirih, dan 4) tempat rempah-rempah.
A. Kerajaan Ternate Tidore Kehidupan Politik di Kerajaan Ternate Tidore Di Maluku terdapat dua kerajaan yang paling berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk Uli Lima. Kerajaan Tidore juga berhasil memperluas pengaruhnya dan disatukan dalam Uli Siwa. Mula-mula Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan tidak pernah terjadi konflik. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa di Maluku, mulailah terjadi pertentangan. Kerajaan-kerajaan di Maluku tidak bersatu dalam menghadapi musuh dari luar, tetapi malah bersaing dan saling menjatuhkan. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Baabullah. Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Papua. Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku 1605. Belanda yang tampa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang. Tindakan-tindakan penindasan tersebut jelas membuat rakyat hidup menderita. Sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. 2. Kehidupan Ekonomi di Ternate Tidore Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. Dengan hasil rempah-rempahnya maka aktivitas perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat. 3. Kehidupan Sosial dan Agama Raja Maluku yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Ternate. Banyak rakyat Maluku yang memeluk agama Islam terutama penduduk yang tinggal di tepi pantai. Portugis juga menyebarkan agama Katolik. Terdapat berbagai agama yang ada di kehidupan sosial. 4. Budaya Budaya di Ternate Tidore tidak berkembang pesat karena fokus dengan perdagangan. B. Kerajaan Lombok 1. Politik Sunan Prapen berhasil mengislamkan Raja Lombok, Prabu Rangkesari. Kemudian, Prabu Rangkesari memindahkan pusat kekuasaan ke Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan membawa suasana dan kondisi membaik bagi kerajaan dan rakyatnya. Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Kerajaan Lombok pernah diserang Kerajaan Gelgel dari Bali sebanyak 2 kali. Namun, kedua serangan tersebut dapat dipatahkan. 2. Sosial Agama Islam masuk melalui perdagangan. Mula-mula pedangang datang untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan saling menghormati. 3. Budaya Lombok dapat menciptakan sendiri aksara Sasak. Para pujangganya mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin ke dalam lontar-lontar Sasak. Pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi. 4. Ekonomi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang. Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang sehingga semakin ramai. Komoditas utama masyarakat Lombok adalah padi. C. Kerajaan Bima Politik Agama Islam masuk di Bima melalui pelabuhan Sape. Abdul Kahir dinobatkan menjadi Raja Bima. Kesultanan Bima mengadakan hubungan dengan kerajaan di sekitarnya, salah satunya dengan Kerajaan Gowa. Perjanjian Bungaya akhirnya memisahkan Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima, karena semangat anti penjajahan antara kedua Kesultanan sangat merugikan perdagangan monopoly bagi Belanda di perairan Indonesia timur. Kerajaan Bima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia. 2. Ekonomi Kerajaan Bima telah menjalin hubungan dagang dengan VOC. Melalui perjanjian, kerajaan-kerajaan di pulau sumbawa tidak boleh dilarang mengadakan hubungan politik maupun dagang dengan daerah-daerah lain, dengan bangsa Eropa lain atau dengan seseorang kecuali dengan persetujuan dan ijin dari VOC. 3. Budaya Setelah agama Islam masuk ke Bima, kemudian berkembang tradisi tulis. Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu. 4. Sosial Agama Islam relatif mudah diterima, karena orang Bima sebenarnya telah lama mengenal agama Islam melalui para penyiar agama dari tanah Jawa, Melayu bahkan dari para pedagang Gujarat India dan Arab di Sape. Bima menjelma menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Nusantara. Saat ini, di beberapa daerah di Bima, terjadi percampuran antara Islam dan tradisi lokal. D. Kerajaan Sumbawa Politik Pada tahun 1674 M dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa’. Saat itu, rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk agama Islam. Luas wilayah kekuasaannya dimulai dari wilayah taklukan Kerajaan Empang hingga Jereweh. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III, campur tangan Belanda sudah terlalu jauh, terutama dalam hal menarik pajak. Akhirnya meledaklah pemberontakan rakyat. 2. Ekonomi Kerajaan Sumbawa bertumpu pada kegiatan pertanian lahan kering dan peternakan kuda. 3. Sosial Rakyat Sumbawa sangat terbuka dan penuh toleransi. 4. Budaya Peninggalan budaya Kerajaan Sumbawa, antara lain Kitab Suci Al Qur’an dengan tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi dan Istana Dalam Loka. Politik Politik Islam di Papua berkembang karena adanya pengaruh kerajaan Islam di Maluku. Pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate ditemukan di Raja Ampat, Fak-Fak dan Kaimana. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. 2. Sosial Islam dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda. Sistem sosial kerajaan Islam di Papua menganut sistem hukum Islam. 3. Ekonomi Terdapat beberapa pedagang muslim yang singgah di Papua. Selain itu, daerah Papua memiliki kekayaan tambag dan rempah-rempa. 4. Budaya Peninggalan Islam di Papua tidak sebanyak di daerah lain. Namun demikian bukan berarti hal tersebut menjadikan Papua sepi dari peninggalan Islam. Ada beberapa peninggalan sejarah Islam di Papua, misalnya Masjid Tunasgain.